Wednesday, April 23, 2008

pagi di bunderan hi

sendiri aku melangkah seberangi thamrin yang tak pernah mati
terkantuk, mungkin. terlelap, jarang. mengerang, tak pernah hilang

di bawah jembatan penyeberangan yang kadang ada pengamen saksofon
depan halte yang selalu punya penjaga timer bus kota, so jakarta

basah di kepala apa embun yang kepagian? atau keringat bermain
lelaki awal tigapuluhan? so, jakarta

pusat kota ini lubang hitam insomnia
biarkan aku jadi nebula untuknya


masih nimbrung tulisan mumu, menjawab mikael.

No comments: